Rabu, 17 Agustus 2011
Gitanjali - Kidung Persembahan
Posted on 05.58 by Unknown with No comments
Engkau membuat ku abadi, begitulah kesenangan mu. Bumbung yang rapuh ini engkau kosongi lagi dan lagi, lalu engkau isi dengan kehidupan baru.
Seruling bambu kecil ini engkau gemakan ke segenap penjuru bukit dan lembah, meniupkan melodi-melodi yg selalu baru.
Hatiku yg kecil mabuk kebahagiaan merasakan sentuhan abadi kedua tanganmu dan mulutku mengucapkan kata-kata ketakterhinggaan.
Anugerahmu yg tak terbatas tercurah padaku hanya dapat kuterima dengan kedua tanganku yg kecil ini. Waktu ke waktu telah berlalu, engkau masih tetap mencurahkan, dan disini selalu masih ada bumbung yang dapat diisi.
Kehidupan dr kehidupanku, aku akan selalu menjaga kemurnian tubuhku, karena kutahu sentuhanmu yg hidup merayapi sekujur tubuhku.
Aku akan selalu menjauh segala ketidakbenaran dari pikiranku, karena kutahu engkaulah kebenaran itu yang menyalakan terang budi dalam jiwaku.
Dan aku berjuang keras menyingkapmu dalam setiap tindakanku, karena kutahu kuasamu memberiku kekuatan untuk bertindak.
~Rabindranath Tagore~
Seruling bambu kecil ini engkau gemakan ke segenap penjuru bukit dan lembah, meniupkan melodi-melodi yg selalu baru.
Hatiku yg kecil mabuk kebahagiaan merasakan sentuhan abadi kedua tanganmu dan mulutku mengucapkan kata-kata ketakterhinggaan.
Anugerahmu yg tak terbatas tercurah padaku hanya dapat kuterima dengan kedua tanganku yg kecil ini. Waktu ke waktu telah berlalu, engkau masih tetap mencurahkan, dan disini selalu masih ada bumbung yang dapat diisi.
Kehidupan dr kehidupanku, aku akan selalu menjaga kemurnian tubuhku, karena kutahu sentuhanmu yg hidup merayapi sekujur tubuhku.
Aku akan selalu menjauh segala ketidakbenaran dari pikiranku, karena kutahu engkaulah kebenaran itu yang menyalakan terang budi dalam jiwaku.
Dan aku berjuang keras menyingkapmu dalam setiap tindakanku, karena kutahu kuasamu memberiku kekuatan untuk bertindak.
~Rabindranath Tagore~
Rabu, 03 Agustus 2011
Di beranda ini angin tak kedengaran lagi
Posted on 15.53 by Unknown with No comments
Di beranda ini angin tak kedengaran lagi
Langit terlepas. Ruang menunggu malam hari
Kau berkata: pergilah sebelum malam tiba
Kudengar angin mendesak ke arah kita
Di piano bernyanyi baris dari Rubayyat
Di luar detik dan kereta telah berangkat
Sebelum bait pertama. Sebelum selesai kata
Sebelum hari tahu ke mana lagi akan tiba
Aku pun tahu: sepi kita semula
bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata
Pohon-pohon pun berbagi dingin di luar jendela
mengekalkan yang esok mungkin tak ada
GM 1966
Langit terlepas. Ruang menunggu malam hari
Kau berkata: pergilah sebelum malam tiba
Kudengar angin mendesak ke arah kita
Di piano bernyanyi baris dari Rubayyat
Di luar detik dan kereta telah berangkat
Sebelum bait pertama. Sebelum selesai kata
Sebelum hari tahu ke mana lagi akan tiba
Aku pun tahu: sepi kita semula
bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata
Pohon-pohon pun berbagi dingin di luar jendela
mengekalkan yang esok mungkin tak ada
GM 1966
Langganan:
Postingan (Atom)