Sabtu, 25 Februari 2012

Aku merasa akulah seorang gelandangan

Hmmm...
Alangkah gandem rasa hidup, nongkrong diatas tiker malioboro malam hari,
pesen gudheg tempe, teh jahe, rokoknya Dor! join sama kamu.
Kaki methingkrang ongkang-ongkang rasane jaman kang... soyo lintang pukang.

Aku merasa akulah seorang gelandangan...
Sebab aku seorang gelandangan, maka akulah warga negara yang paling di istimewakan, memang cuma sedikit aja aku kebagian nikmatnya kehidupan, tapi aku bebas nangkring di mana pun dan tidur-tidur an, sebab semua orang yang berumah pada menutup jendela dan pintu-pintu, maka jiwaku langsung dibungkus oleh semesta.
 

Namaku duluan dicatat oleh para malaikat yang terbang mengendarai udara.
Apa kabar angin? Makin deras dan berbau busuk
Apa kabar pak dhe waringin? Makin dingin dan tidak habis-habisnya aku dikutuk.

Cuaca bangkit
Edan! Lihat itu tulisan, berpendar-pendar, mata tidak bisa dengan jelas melihat huruf-huruf tulisan di spanduk berbunyi "Musabaqoh Tilawatil Quran antar mahasiswa" dan kemudian disebelahnya spanduk yang lain bertuliskan "Lomba Disko! Lomba Disko! Bergaya model Jon Tralala"...
Aku membayangkan pinggul yang digoyang-goyang, lampu redup,buah-buah kuldi dihentak-hentakkan.
Aku memandangi sel-sel gemetar, aku terbakar, aku memandang semangat dan napsu yang berkibar-kibar.
C'mon my love...c'mon my love...c'mon my love...

Laa ilaaha illalah Muhammadarrasullullah
laa haula walaa quwata ilaa billahi aliyul adziim
Sayup-sayup aku mendengar suara bayangan Tuhan dari tempat yang agak jauh.
Bayangan suara Tuhan dan pinggul yang digoyang-goyang.

Kenapa kamu gatal memandangnya sebagai wayang yang jejer berhadapan, kata orang-orang inilah lanskap yang membingungkan.
He...he...he...apa salahnya kitab suci dilombakan, karena kitab suci bagi kita hanya untuk dilomba-lombakan?
Dan apa salahnya pinggul digoyang-goyang kalau memang untuk jiwa kita yang menggelegak bagai lautan tidak ada lain yang bisa memberi tawaran, wahai...wahai kamu bintang gemintang.
Kamu telah ditipu oleh arah...arah...arah.
Utara dan selatan hanyalah arah, tetapi utara bisa menjadi selatan dan selatan bisa menjadi utara, tergantung dimana engkau berada dan kemana engkau memandangnya.
Jadi ayo...ayolah ini bayangan suara Tuhan, dan ini pinggul yang terus digoyang-goyang!...

Lirih ditelingaku terdengar suara ibu, "Pak anak kita Bety kok belum juga datang ya pakne ya?"
Bapak menjawab, "Anak kita itukan bukan Bety to Bu, namanya kan Fatimah"
"Baiklah Fatimah, tetpai malam-malam begini kok belum juga datang?"
"Ya tentu belum, dia kan jadi panitia MTQ, tapi katanya sesudah itu langsung akan terus ke Kolombo Disko"

Jabang bayi, jantan betina!
Inikah yang disebut gelagat jaman yang luwes, warna yang samar atau pelajaran bagaiman memahami inti nilai yang lebih tersembunyi?
Hari-hari berputar, kita terserimpung menjadi engsel dalam roda mesin yang lancap, ketika makin jelas hidup adalah pentas barong yang tidak pernah bubar-bubar.
Kita terhimpit beku dalam lingkaran setan, karena itu berdoalah semoga malaikat juga sempat bikin lingkaran-lingkaran.
Ini gereja, ini mesjid, ini kuil, ini Diamond Nite Club...Ini penari-penari bugil, ini peradaban-peradaban yang tinggi, ini kultur ultra moderen
Ini daging kehormatan dengan dua ribu perak silakan pesan...

Tertawalah...tertawalah...tertawalah....
Memang ini semua enak untuk dikunyah-kunyah dalam tawa
Oleng!
Alam dipak dalam kaleng, hidup hilang jiwa, gedung-gedung dan lampu-lampu megah menegaskan sukma yang kosong dan fana.
Marilah cintai dunia lebih dari segala-galanya!
Mari kita jual hidup kita untuk segumpal benda untuk sebiji status, dan sekeranjang prestis.
Kita bikin sendiri berhala-berhala kita, bergabung kita dengan komputer sekaligus dengan dupa-dupa.
Kenapa tidak...kenapa tidak???
Hidup ialah perebutan, pertarungan sejumput makanan, seporsi kenikmatan dalam usus.
Hidup adalah sebidang tanah, seperangkat gedung, satu drum gengsi sosial, plus sejumlah ekstase-ekstase picisan.
Jadi kenapa tidak?
Hidup adalah membangun bukit, meskipun peti mati jelas amatlah sempit
Hidup ialah mencungkil matahari
Hidup adalah merobek-langit, terlempar kita oleh kekuatan kita sendiri tanpa bisa kembali bangkit...

Tapi aku hanya seorang gelandangan, aku tidak pernah dihitung kecuali sebagai seonggok kotoran.
Aku tidak dikehendaki kecuali lenyap dan mati
Beberapa orang gelandangan diusir dari kehidupan, mereka bermimpi terbang bersama burung-burung di awan.
Hidup dan mati hanya kata alam, karena itu marilah rebahkan badan bersembahyang...bersembahyang...bersembahyang

Allahu Akbar...Allahu Akbar...
Asyahdu alaa ilaaha illalah...
Wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah...
Hayya ala sholah...
Hayya ala falah...
Qodqomati sholah...
Allahu Akbar...Allahu Akbar
Laa Ilaaha illalah...

(Emha Ainun Nadjib, Dinasti, 1976)
Dibacakan di Kenduri Cinta, Taman Ismail Marzuki Jakarta, 9 November 2007
Ditranskrip oleh Adi

Selasa, 07 Februari 2012

Senin, 06 Februari 2012

Sejatine Wong Urip

Sejatine Wong Urip
Kawruho sejatine wong urip
urip mono bebasan mung mampir ngombe
panjeriting wong urip sing ora nduwe
ngupaya bogo direwangi mbanting rogo
mung hasile ora misro, ora sepiro
rino wengi panas udan ora diroso
Sandang pangan kekurangan sarwo cecingkrangan
Mrono-mrene mung tandah dadi rasanan
nora kuwat, pengen sugih wedi yen kangelan
nuruti godhane setan, malah salah dalan
ngorbanake sedulur ugo katresnan
mburu bondo kadonyan nggolek pesugihan
Ngelingono neng ndonyo amung sedhelo
drajat pangkat bondo donyo bisa onyo
suk yen mati kabeh mau ora digowo